Bahan Pakan Ternak Sapi Perah

Pada peternakan modern, sapi perah dapat memproduksi 15.000 kg susu/laktasi atau 50 kg susu/hari. Hal ini sangat memerlukan nutrisi dan manajemen pakan yang efektif. Di Amerika hal ini dapat dicapai melalui penggunaan campuran hijauan, biji-bijian dan mineral yang disebut total mixed ration (TMR) yang seimbang untuk kebutuhan memproduksi susu dan pemeliharaan tubuh. Bila input pakan tidak cukup maka sapi akan memobilisasi cadangan tubuhnya untuk produksi susu dan akan kehilangan berat badan serta kondisi tubuhnya. Untuk memproduksi 40 kg susu per hari seekor sapi memerlukan 2,5 kali energi untuk produksi susunya daripada yang dia butuhkan untuk pemeliharaan tubuhnya. Ransum harus mengandung keseimbangan yang benar dari protein, energi, hijauan dan mineral.
  • Crude Protein dan True Protein
Secara umum, ada 3 jenis komponen organik yang utama dalam setiap formulasi diet / pakan hewan ruminansia. Ketiga komponen tersebut adalah karbohidrat (misal: celulosa dan zat tepung), lipid (lemak dan minyak), serta protein. Protein dapat kita bagi menjadi 2 kelas utama, yaitu protein kasar (Crude Protein) dan protein sejati (True Protein). Protein sejati tersusun atas asam amino (Amino Acids) berantai panjang dan setiap proteinnya menjadi berbeda karena tersusun atas 20 Asam Amino. Di dalam laboratorium pakan, protein dipisahkan dari karbohidrat dan lipid karena kandungan nitrogen (N) pada protein tersebut – secara umum, protein pakan biasanya mengandung 16% N. Pemisahan ini memungkinkan peneliti untuk mengestimasi kandungan protein dari sebuah bahan pakan dengan cara melakukan pengukuran terhadap kandungan N-nya untuk kemudian dikalikan dengan bilangan 6,25 (perbandingan terbalik dari 16%). Meskipun demikian, tidak semua N di dalam bahan pakan adalah protein, N yang bukan protein disebut Non-protein Nitrogen (NPN). NPN dapat kita temukan dalam komponen pakan seperti urea, garam ammonium dan asam amino tunggal. Oleh sebab itu,nilai yang didapat dari hasil perkalian total N dengan 6,25 biasa disebut Protein Kasar.
  • Penguraian Protein
Sekian persen dari protein kasar yang terdapat di dalam bahan pakan yang di konsumsi oleh sapi (disebut juga Intake Protein) di uraikan oleh mikroba di dalam rumen sapi. Pada sistem NRC (National Research Centre - badan di Amerika yang mengeluarkan standar dan tabel kebutuhan nutrisi ternak) hal ini di beri nama DegradableIntake Protein (DIP).


Pada True Protein yang berbeda, kecepatan penguraiannya tidak sama. Beberapa jenis dapat diuraikan secara penuh hanya dalam waktu 30 menit setelah mencapai rumen, sedangkan jenis lainnya dapat memakan waktu beberapa hari sebelum dapat di uraikan. Apabila dibandingkan dengan komponen NPN pada Protein Kasar yang dapat diuraikan dengan seketika ketika memasuki rumen.


Protein pada bahan pakan yang dapat terurai dengan cepat kebanyakan memiliki sifat mampu larut (soluble), pengukuran protein terlarut (soluble protein) pada skala laboratorium dapat dianggap menunjukkan proporsi dari protein kasar yang terurai, yang mana protein tersebut adalah zat yang paling cepat diuraikan di dalam rumen.Beberapa sumber protein terlarut (mis: tepung darah) relatif terurai lebih lambat.


Pada gambar 8 di bawah, hasil keluaran dari penguraian DIP ( sebagian besar adalah ammonia dan asam amino) digunakan untuk pembuatan sel mikroba untuk menggantikan sel sel mikroba lain yang tersapu bersama bahan pakan lain dari rumen, dan terutama, menuju usus kecil (smallintestine).
 
Gambar 7.Aliran protein pada sapi laktasi. (Dairy Research & Technology
    Centre, University of Alabama).


Pada saat protein sedang diuraikan di dalam rumen, sisa bakan pakan (feed residue) juga mengalir keluar dari rumen menuju omasum, abomasum untuk selanjutnya tiba di usus kecil. Oleh sebab itu, manakala kecepatan penguraian protein (di dalam rumen) kalah cepat dengan aliran keluar sisa bahan pakan, bahan protein tersebut lolos dari penguraian mikroba rumen. Hal ini disebut protein lepas ( escape atau bypass protein). NRC menyebutnya sebagai UIP (undegradable intake protein).


Pada bahan pakan yang merupakan bahan protein lambat terurai, makin lambat tingkat perjalanan bahan (passage rate) tersebut melalui rumen, mikroba semakin memiliki kesempatan untuk menguraikan bahan tersebut dan membuat nilai UIP makin kecil. Passsage rate akan meningkat manakala asupan makanan ditingkatkan. Oleh sebab itulah, nilai UIP akan lebih rendah manakala sumber bahan pakan protein lepas seperti tepung sereal jagung (corn gluten meal) diberikan pada sapi masa kering yang mengkonsumsi bahan kering (dry matter) sebanyak 2% bobot tubuh, dibandingkan sapi laktasi yang mengkonsumsi dua kali lebih banyak (4% bobot tubuh). Karena tempo dan irama penyimpanan rumen akan mempengaruhi tingkat kemampuan urai dari rumen, nilai pelepasan dari sebuah bahan pakan tidak konstan, tapi akan berubah ubah seiring dengan tingkat asupan pakan.

0 komentar:

Post a Comment