Mengenal Sapi Perah & Bangsa-bangsa Sapi Perah

Spesies yang penting secara ekonomi sebagai penghasil susu adalah ruminansia seperti domba, sapi dan kambing. Unta merupakan ternak perah yang penting di timur tengah, sedangkan susu kuda banyak digunakan sebagai susu fermentasi atau yoghurt yang banyak dikonsumsi di Asia.

Tiga alasan mengapa ternak ruminansia diperuntukkan sebagai penghasil susu adalah
Mereka dapat merubah rumput dan hijauan yang tidak kita konsumsi sebagai sumber pakan ke dalam susu, nutrisi yang dapat kita konsumsi. Hal ini dapat terjadi berkat adanya fermentasi mikroba dalam rumennya, Mereka memiliki pembuluh puting yang dapat memfasilitasi pengeluaran susu. & Mereka memproduksi susu dalam jumlah besar secara efisien.

Pertama kali ternak ruminansia yang didomestikasi adalah domba dan kambing. Sekitar abad ke 14 - 15, susu sapi dan keju mulai digemari di Eropa. Secara bertahap berbagai breed yang berkembang dan terseleksi sebagai penghasil susu adalah sapi, domba dan kambing yang kita miliki saat ini. Breed utama sebagai sapi perah adalah Holstein, dan breed lainnya adalah Brown Swiss, Jersey, Guernsey and Ayrshire.

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Jersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari

Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Drought master (dari Australia).Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat ada 5 jenis sapi perah yang dipelihara yaitu Fries Holstein, Jersey, Brown Swiss, Guernsey and Ayrshire dimana Fries Holstein (FH) jumlahnya 5 kali lebih banyak dari pada Jersey.

Brown Swiss

Bangsa sapi perah ini sangat digemari karena tingginya kandungan protein dalam air susunya. Hal ini sangat penting bagi pembuatan keju.

Gambar 1. Sapi perah Brown Swiss

Aryshire

Bangsa sapi ini berasal dari Scotlandia, pertama kali diperkenalkan pada tahun 1822. Produksi susunya mencapai 14.000 lbs dengan kandungan lemak 3,8 %.

Gambar 2. Sapi perah Aryshire
Guernsey

Berasal dari Guernsey Inggris dan pertama kali di import masuk ke Amerika Serikat pada 1831. Secara fisik bangsa sapi ini kecil namun lebih awal mencapai dewasa kelamin. Susunya mengandung lemak dan protein tinggi. Warna susunya cenderung kuning karena kandungan vitamin A nya yang tinggi. Rata-rata produksi susunya 13.400 lbs dan mengandung 4,5 % lemak dan sangat cocok untuk pembuatan mentega.

Holstein

Berasal dari negeri Belanda dan saat ini merupakan bangsa sapi perah terbesar yaitu 90 % dari jumlah total sapi perah yang ada di dunia. Sapi ini merupakan bangsa sapi besar (keturunan Eropa), pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1600. FH cukup baik beradaptasi pada segala lingkungan dan memproduksi susu dalam jumlah besar. Rata-rata produksi susunya mencapai lebih dari 19.000 lbs dengan kandungan lemak 3,7 %. Produksi terbesar dari bangsa sapi perah FH ini pernah tercatat melebihi 60.000 lbs dalam 365 hari. Itu artinya lebih dari 20 galon per hari.

Gambar 4. Sapi perah Holstein
Jersey

Bangsa sapi ini berasal dari kepulauan Inggris, Jersey, pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1800 an. Secara isik Jersey adalah bangsa sapi perah terkecil dan memproduksi susu dalam jumlah terkecil dibandingkan breed yang lain. Namun demikian sapi ini tetap berharga karena kandungan lemak susunya yang tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pem-buatan mentega. Rata-rata produksi susunya adalah 13.400 lbs dengan kandungan lemak 4,7 %.

Hasil penelitian oleh berbagai peneliti dan institusi selama bertahun-tahun, jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein. Komposisi susu dari masing-masing breed terlihat pada table 2 sebagai berikut:


Sumber : Dairy Guide, The Ohio State University, Columbus dalam Ensminger,1993.
 

0 komentar:

Post a Comment